Foto: Ilustrasi Harian Sumut |
TANJUNGBALAI, Harian Sumut- Satu pukat jaring puput asal Tanjungbalai yang sedang labuh jaring di perairan Selat Malak perbatasan Malaysia-Indonesia diserang enam kapal ikan diduga milik Malaysia.
"Kapal milik saya diserang, nakhodanya diancam bunuh oleh para nelayan diduga milik warga Malaysia kemarin," kata pemilik pukat jaring puput, Hj. Riswati, kepada wartawan Kamis (11/12).
Akibat peristiwa itu, kata Riswati, pihaknya mengalami kerugian mencapai Rp 200 juta, karena jaring hilang dan pukat (kapal) nya rusak.
Menurut Riswati, sesuai pengakuan awak kapalnya, kejadian bermula saat mereka melabuh jaring di perairan Selat Malaka yang masih berada di wilayah Indonesia. " Mereka biasa melabuh jangkar di sana," ujar Riswati. Tiba-tiba, lanjutnya, 6 kapal dengan kecepatan tinggi mendatangi dan menyerang kapal nelayan Indonesia.
"Mau ditabrak, tapi berhasil dielakkan anggotaku," ujar Riswati. Namun, para nelayan Malaysia terus memburu kapal ikan asal Tanjungbalai yang ditumpangi 13 ABK dan nakhoda.
Bukan hanya akan ditabrak, kata Riswati, nelayan Malaysia melemparkan parang dan merusak kapal ikan miliknya.
"Dilempar parang, bahkan ABK tangannya terluka akibat kena lemparan batu, sedangkan kapalku lumayan rusaknya," ujar Riswati dan menambahkan, untuk menghindari hal tidak diinginkan, nakhoda memutuskan memotong jaring supaya kapal bisa melaju kencang menghindari kejaran kapal ikan Malaysia.
Setelah itu, lanjut Riswati, para awak kapalnya meminta bantuan nelayan Tanjungbalai yang berada di sekitar kejadian. " Alhamdulillah berkat bantuan kawan-kawan nelayan Tanjungbalai, para anggotaku berhasil menghindari kejaran nelayan Malaysia," ujar Riswati.
Dia menambahkan, aksi anarkis nelayan Malaysia terhadap nelayan Indonesia, khususnya Kota Tanjungbalai, bukan kali pertama terjadi. " Sejak Pemerintah mengeluarkan perintah menenggelamkan kapal asing pencuri ikan di Indonesia, nelayan kita kerap diintimidasi nelayan tetangga," ujar Riswati. (wspda/hs)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar