ads

Slider[Style1]

Style2

Style3[OneLeft]

Style3[OneRight]

Style4

Style5

IlustrasiHariansumut.com- Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan), Djarot Sulistio Wisnubroto mengatakan, saat ini Indonesia tengah terkena krisis radioisotop. Bagi dunia kesehatan, radioisotop mutlak diperlukan karena dimanfaatkan untuk mendiagnosa penyakit kanker, jantung dan tulang, serta untuk kemoterapi.

Salah satu sebab krisis radioisotop di Indonesia adalah karena PT Industri Nuklir Indonesia (Inuki), yang dulu bernama PT Batan Teknologi Indonesia, selaku Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang memproduksi radioisotop tidak lagi beroperasi sejak 2013. Indonesia terpaksa impor dari Australia dengan harga yang dua kali lipat lebih mahal.

"Harga isotop impor dua kali lipat. Bagi orang tidak mampu tentu sulit dibeli. Apalagi saat ini adanya BPJS atau Kartu Indonesia Sehat, rumah sakit tidak boleh lagi berpikir untung rugi," ujarnya di Kantor Batan, Jakarta, Jumat (21/11).

Harga radioisotop buatan dalam negeri sekitar Rp 18 juta per milicurrie, sedangkan harga impor mencapai Rp 28 juta per milicurrie.

Saat ini ada 15 rumah sakit di Indonesia yang menggunakan radioisotop untuk keperluan medis, diantaranya Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Hasan Sadikin Bandung, RSPAD Gatot Soebroto, Rumah Sakit Kanker Dharmais, Jantung Harapan Kita, dan Abdul Malik Medan.

Djarot menambahkan, kelangkaan radioisotop tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga beberapa negara di Asia dan dunia.

"Di tingkat regional (ASEAN), Indonesia sesungguhnya diharapkan bisa memproduksi, karena kita punya reaktor nuklir untuk membuat radioisotop," katanya.

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

Tidak ada komentar:


Top